Indonesia Cinta HTI
Oleh : Soleh Darat
(Netter dan Praktisi Media)
Jagad penghuni media sosial, khususnya twitter pada 1 Mei diramaikan
dengan #IndonesiacintaHTI sebanyak 27.9K tweets. Spektrum perubahan
kehidupan nyata kini ramai-ramai ke dunia maya. Padahal di waktu yang
bersamaan demo buruh dalam May Day memerahkan Indonesia dan dunia.
Menariknya, justru #IndonesiacintaHTI merajai trending topic. Ada apa
gerangan ini? Tiba-tiba jagad media sosial ramai dengan dukungan dan
simpati kepada HTI.
Meski penghuni medsos tak dapat diketahui, namun dukungan itu menunjukan
HTI sudah berada di hati masyarakat. Karenanya, masyarakat sangat
hati-hati menjaga HTI. Di luar nalar dan prediksi netizen dan praktisi
media. Bisa jadi kampanye HTI tentang Syariah dan Khilafah untuk
Indonesia Lebih Baik lebih maknyus dan makjleb di tengah
ketidakpercayaan publik pada penguasa dan rezim saat ini. Selama ini
kemasan kampanye dan opini HTI lebih dengan cara-cara cerdas yang
menggugah akal dan nalar, serta menyentuh perasaan iman yang terdalam.
HTI berhasil mengemas bahasa Islam dengan komunikasi politik yang apik.
Bukan gaya elitis politisi yang sok mengerti politik dan pengaturan
pemerintahan.
Siapapun tahu HTI berkampanye menggunakan akal, bukan dengan okol
memaksakan idenya. HTI juga tidak berbau klenik atau kanuragan dalam
menghipnotis umat, tapi murni berasal dari hati nurani. Lihatlah dalam
berbagai judul berita, meski HTI dicaci, banyak umat yang simpati.
Masyarakat Indonesia bukan orang bodoh. Ini jaman informasi. Mereka bisa
saja klak-klik seputar HTI dan bertanya kepada para pejabatnya. Jadi
jangan gunakan cara anarki untuk memaki HTI. Kata orang jawa, ORA JAMAN
NGENDELKE NGINO MARANG KONCO. BECIK KETITIK OLO KETORO (baca: bukan
zamannya menggandalkan menhina teman. Suatu kebaikan pasti bertanda
begitu pula kejelekan juga akan tampak meski disembunyikan).
Kajian Kejurnalistikan
Berdasarkan kajian media dan komunikasi ada baiknya menyimak sikap dari
pejabat HTI ketika media mainstream dan orang-orang yang hasud tidak
suka kepada HTI. Berikut kajian pada berita di awal Mei 2016:
1. Rani Soraya-harianindo.com
“Kami cinta NKRI. Yang jelas jangan sampai bangsa ini jadi terpecah belah”, ungkap Harun pada Minggu (1/5).
“Kami juga menolak badan usaha milik negara dijual kepada asing. Jadi
sebetulnya yang anti Pancasila itu kami atau mereka yang setuju menjual
BUMN ke asing?”
2. Beritajatim.com, 1 Mei 2016
Ketua DPD HTI Madura Raya Achmad Muhlis mengungkapkan gagasan tentang
konsep khilafah semata-mata untuk menjadikan tatanan hidup lebih baik.
“Kami cinta NKRI, dan tidak ada yang salah dengan konsep khilafah.
Bahkan yang kita lakukan untuk lebih baik, kenapa harus ditakutkan,”
ungkapnya, saat pers confrence di area Muktamar Tokoh Umat HTI Pamekasan
di Gedung Serbaguna, Jl. Kabupaten, Minggu (1/5)
“Barangkali ada yang merasa khawatir, padahal
kami tidak akan merusak tatanan
kenegaraan. Yang paling esensial, mari kita menerapkan syariat Islam.
bagi muslim tentu tidak akan menolak,”tegasnya.
3. Beritajatim.com, 30 April 2016
“Kita sesama muslim ayo berdialog, kepala harus dingin, dan hati tak
boleh panas,” kata Harun Musa. Menurutnya kegiatan HTI (Muktamar Tokoh
Umat dan Isro’ Mi’raj) tersebut adalah wujud kecintaan terhadap NKRI
karena hampir 84 persen ekonomi Indonesia dikausai asing. Apalagi sesuai
dengan data kepolisian tingkat kriminalitas tinggi, narkoba dan
pergaulan bebas marak.
4. Repelita.com, 1 Mei 2016
Ketua DPD II HTI Bojonegoro antok Edy Yulianto menyampaikan bahwa dalam
kegiatan Mukatamar Tokoh Umat dan dengan Isra’ Mi;raj Nabi Muhammad SAW.
“Ada beberapa materi yang kami sampaikan dalam kegiatan ini di
antaranya, kemaslahatan akan bisa diraih dan diwujudkan secara sempurna
jika Islam diterapkan secara kaffah atau menyeluruh dan utuh di seluruh
aspke kehidupan”, jelasnya.
5. Harian Surya, 2 Mei 2015 halaman 16. “Hizbut Tahrir Soroti Tingginya Kriminalitas”
“Dengan dakwah kami mencoba memberikan solusi untuk kebaikan negeri.
Melakukan tidnakan preventif terhadap kriminalitas yang semakin
merajalela, karena kesadaran manusia yang semakin rendah,”ujar Fajar
Kurniawan, HTI DPD Jawa Timur.
Acara MTU HTI di Surabaya yang dihadiri 3.500 orang diisi ceramah
tunggal Ketua DPP HTI, Ustadz Rokhmat S Labib dengan mengangkat Syariah
dan Khilafah Mewujudkan Rahmatan Lil’alamin. Dalam ceramahnya, Ust
Rokhmat menekankan pada syariah Islam yang bukanlah sebuan ancaman namun
merupakan solusi untuk membawa kebaikan pada manusia dan lingkungannya.
Dapat disimpulkan dari kajian literasi bahwa komunikasi HTI adalah
dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Tidak pernah terlihat HTI bentrok dengan
pihak lain yang berbeda ijtihad dan pemahaman. HTI siap berdialog
dengan siapapun yang dengan itu menunjukan sikap intelektual. Bukan
nabok nyilih tangan!
Berdasar pantauan di media elektronik baik cetak atau online, serta
media sosial, terlihat acara HTI pada Mei 2016 dihadiri dari berbagai
kalangan tokoh yang benar-benar sadar dan mendukung perjuangan HTI.
Sebut saja, Permadi (Paranormal sekaligus Pengamat Politik), Prof Musjbi
(Ketua Internasionsl Muslim Brotherhood dan tokoh DDII), Ust Abdul
Latif Somad (Katib Am Syuriah PWNU Babel), Ust Abu Muhammad Jibril, KH
Abah Qoyum (Malang). Selain itu ada juga dosen, perwakilan partai
politik, mahasiswa, pemuda, mubalighoh, dan lainnya.
Dukungan yang meluas ini bukanlah ancaman, tapi sebagai early warning
(Peringatan dini) pada penguasa negeri ini bahwa sudahkah Anda mendapat
simpati dari rakyat? Apakah Anda hanya menjadikan rakyat sebagai lumbung
suara dalam pemilu saja? Sudahkah Anda betul-betul mengurusi urusan
umat ini dengan menjaga aqidah, keamanan, kesehatan, pendidikan, dan
keutuhan negara? Sudahkah Anda betul-betul melindungi negeri ini dari
poros kapitalis Barat dan Timur? Jika Anda merasa belum berbuat, segera
sadar dan kembali ke jalan yang benar! Tawaran HTI perlu dicoba jika
Anda ingin keluar dari kemelut tak berkesudahan. Jadilah Anda mata dan
telinga bagi rakyat ini!
Bagi HTI, kampanye Syariah dan Khilafah Mewujudkan Islam Rahmatan
Lil’alamin merupakan jawaban cerdas atas Islam yang berlabel ganda dan
tidak jelas arahnya. Umat Islam Indonesia sudah capek dengan sebutan
Islam Sontoloyo, Islam Moderat, Islam Radikal, Islam Kiri, Islam
Nusantara, Islam Kejawen, Islam Pasundan, dan Islam lainnya. Umat sudah
bosan dengan alasan pengkampanye Islam-islam yang tak jelas itu.
Berhentilah membodohi umat ini! Satu hal yang dapat dilihat dari
kampanye HTI adalah “Cinta Indonesia, Rindu Khilafah”. Karenanya,
Indonesia Cinta HTI. Benar, bukan? [VM]
Sumber : http://www.visimuslim.net/2016/05/indonesia-cinta-hti.html?m=1



0 Response to "Berita Nasional, Indonesia Cinta HTI "
Posting Komentar