Konawe Utara sendiri merupakan sebuah kabupaten yang jaraknya ditempuh 2 jam dari pusat kota Kendari. detikcom bersama dengan perwakilan Kementerian Kelautan dan Perikanan RI pagi ini turun gunung untuk berdialog langsung dengan nelayan yang biasa melaut di Teluk Lasolo, Konawe Utara.
Nelayan kemudian mencurahkan isi hati mereka tentang persoalan-persoalan yang mereka hadapi selama melaut. Awalnya, para nelayan bercerita soal potensi laut khas daerah yang melimpah yaitu ikan Lure dan kakap merah.
"Kami di sini kebanyakan budidaya ikan teri, orang sini bilang ikan lure, kakap merah sama rumput laut. Di sini banyak betul," ujar Yono, Koordinator nelayan di Desa Lombe, Konawe Utara, Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu, (2/4/2016).
Selain ikan lure, kakap merah, dan rumput laut, potensi dari Teluk Lasolo adalah kepiting dan lobster. Namun yang menjadi unggulan adalah kakap merah.
"Inikan berbatasan dengan Sulawesi Tengah jadi ada juga lobster, kepiting. Tapi di sini kakap merah unggulannya. Jualnya di pasar pasar sekitar sini aja. Harga di sini Alhamdulillah bagus," sambung dia.
Di balik potensi laut yang luar biasa, nelayan lainnya mengaku ada beberapa permasalahan yang mereka hadapi selama melaut. Salah satu yang dikeluhkan adalah soal bom ikan yang terkadang mengganggu
"Masalah pemboman ikan itu menjadi masalah besar pada Nelayan pesisir di daerah sini. Saya sudah pernah melapor Babinsa di sini, mereka negosiasi antar Babinsa. Masih mentok, sudah dilaporkan tapi belum ada ujungnya," ujar nelayan lainnya, Alwi.
Selain itu, para nelayan mengeluhkan soal permintaan kapal dengan muatan yang lebih besar tak kunjung dipenuhi. Ia mengaku sudah beberapa kali mengajukan proposal ke dinas setempat namun belum digubris.
"Perjalanan ke tengah itu satu jam. Keluhan nelayan di Konawe Utara, Kami itu beberapa kali mengajukan kapal bantuan ke Dinas Perikanan daerah tetapi sering salah sasaran, yang dapat malah orang gunung. Pesisir malah ga dapet," keluh Alwi.
(rvk/rvk)
0 Response to " "
Posting Komentar